ISTIWAAIN SEBAGAI ALAT BANTU MENENTUKAN ARAH KIBLAT YANG AKURAT

Oleh: Slamet Hambali


Arah kiblat atau arah terdekat menuju Kakbah adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam ibadah umat Islam, karena arah kiblat adalah merupakan salah satu syarat sah salat.
Pada saat ini banyak masjid yang arah kiblatnya melenceng jauh dari yang semestinya, termasuk di Jawa Tengah ada beberapa masjid yang arah kiblatnya melenceng jauh bahkan ada yang ke arah barat selatan, sehingga kemelencengan bisa mencapai di atas 25º, namun masjid-masjid tersebut pada saat ini kebanyakan sudah disesuaikan dengan yang semestinya, seperti Masjid alon-alon Purwodadi melencengnya mencapai lebih dari 15º, kemudian simpang lima Purwodadi melencengnya mencapai 17º 48', Masjid Agung Sukoharjo Jawa Tengah melencengnya hampir mencapai 30º, Masjid Alon-Alon Ungaran melencengnya di atas 26º.
Metode pengukuran arah kiblat memang bermacam-macam, bisa menggunakan alat bantu kompas, bisa menggunakan alat bantu theodolite dengan menggunakan acuan posisi matahari setiap saat, bisa menggunakan alat bantu tongkat istiwak dengan mencari arah barat timur dan utara selatan dari bayangan matahari sebelum zawal dan sesudah zawal, bisa menggunakan alat bantu mizwala, bisa menggunakan segitiga siku-siku (satu atau dua) dari bayangan matahari setiap saat dan bisa juga menggunakan alat bantu istiwaain. Demikian juga tingkat keakuratannyapun bermacam-macam, hal ini tidak bisa lepas dari sistem perhitungan, data astronomis yang digunakan, peralatan yang dipakai dan manusianya.
Metode pengukuran arah kiblat menggunakan segitiga siku-siku (bisa satu, bisa dua segitiga siku-siku) dari bayangan matahari setiap saat adalah merupakan teori baru (ide penulis) yang pernah diuji kelayakannya di tempat ini juga beberapa waktu lalu.
Pada hari ini, melalaui seminar ini, penulis memperkenalkan alat baru yang diberi nama Istiwaain sekaligus untuk diuji kelayakannya oleh para narasumber, untuk dijadikan solusi mendapatkan arah kiblat yang benar/akurat dengan cara yang mudah tanpa harus mengeluarkan beaya yang mahal.
Sistem kerja istiwaain adalah sama dengan theodolite, yaitu dengan membidik matahari melalui tongkat istiwak yang di titik 0º, kemudian ditarik benang dari tongkat istiwak yang di titik pusat ke arah bilangan/angka/derajat, menit, sesuai selisih antara azimuth kiblat dan azimuth matahari. Benang tersebut adalah merupakan arah kiblat.   
Metode pengukuran arah kiblat dengan menggunakan alat bantu istiwaain  dari bayangan matahari ini, tidak hanya bisa dipakai di Indonesia saja, akan tetapi bisa digunakan juga di seluruh dunia yang dapat melihat matahari.


Disampaikan dalam Seminar Nasional “Uji Akurasi Istiwaaini: Metode Praktis Menentukan Arah Kiblat Karya Slamet Hambali” diselenggarakan oleh Prodi Falak Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo, pada hari Kamis, 5 Desember 2013. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar